Diajar.net adalah media online yang memberikan informasi yang terupdate tentang dunia pendidikan dan seni musik

KYAI HAJI SAMANHUDI (1868 — 1956)


AVvXsEi6WK2aZCh3Cl5Xm yieL84eY2rFYINwcAHwn9KOP7pnTA R t7wDdWHY8d qYU1LZ5Ne7LQLaO3LK M6U4kuUpzN5RiU8pszSW8bwMvsJvdCG3ae7ubkjJyeF
KYAI HAJI SAMANHUDI (1868 — 1956)
 
 

PAHLAWAN PERGERAKAN NASIONAL

 
 

Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No 590/Tahun 1961, Tanggal 9 Nopember 1961.

 
 
          Persaingan yang tidak sehat antara pedagang-pedagang Indonesia dengan pedagang-pedagang Cina, mendorong Samanhudi untuk menyusun kekuatan di bidang perdagangan dan agama. Pada waktu itu pedagang-pedagang Indonesia mendapat tekanan dari pemerintah Belanda, sedangkan pedagang-pedagang Cina banyak mendapat bantuan.
 
 
          Sudarno Nadi yang kemudian bernama Kyai Haji Samanhudi dilahirkan di Laweyan, Solo pada tahun 1868. Pendidikan umumnya hanya pada Sekolah Dasar dan itu pun tidak sampai tamat. Kemudian ia belajar agama di Surabaya sambil berdagang batik.
          Akibat perlakuan yang tidak adil dari pemerintah Belanda dalam dunia perdagangan itu, maka usaha perdagangan orang-orang Indonesia tidak bisa berkembang. Guna membela kepentingan pedagang-pedagang Indonesia tersebut, maka Kyai Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) di Solo pada tahun 1911. Organisasi ini mendapat sambutan yang luas, sehingga dalam waktu singkat berdiri pula cabang-cabang SDI di luar kota Solo.
 
 
          Sarekat Dagang Islam (SDI) kemudian menjadi partai politik dan pada tahun 1912 nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Sampai tahun 1914 Haji Samanhudi menjadi ketua umumnya, kemudian dilanjutkan oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Menjelang kongres kesatunya tanggal 25-26 Januari 1913 di Surabaya jumlah anggotanya sudah mendekati 80.000 orang. Pada tahun 1916 menjadi 360.000 orang dan tahun 1918 menjadi 450.000 orang. Sarekat Islam (SI) telah menjalankan politik praktis dengan memihak kepada kepentingan rakyat banyak. Berusaha menaikkan tingkat upaya pekerja, membela para petani yang tertindas, persewaan tanah yang tinggi, membela rakyat yang diperlakukan sewenang-wenang oleh kepala desa atau tuan tanah.
 
 
          Menginjak usia tuanya, kehidupan Haji Samanhudi sangat memprihatinkan. Perusahaan batiknya mengalami kebangkrutan. Ia tidak aktif lagi dalam partai, namun perhatiannya terhadap pergerakan nasional tetap bergelora. Pada waktu perang kemerdekaan, Haji Samanhudi membentuk Barisan Pemberontak Indonesia cabang Solo dan mendirikan Gerakan Persatuan Pancasila. Banyak pula jasa beliau selama Agresi Militer II Belanda, antara lain dengan membentuk Gerakan Kesatuan Alap-alap.
 
 
          Pada tanggal 28 Desember 1956 Haji Samanhudi meninggal dunia di Klaten dan dimakamkan di Desa Banaran, Sukoharjo Jawa Tengah. Demikian riwayat hidup dan perjuangan beliau sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional, untuk Negeri ini Indonesia.
Baca Juga  SEJARAH SINGKAT SULTAN AGUNG (1591 - 1645)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *