Terjemah Umdatul Ahkam (39)

بسم الله الرحمن الرحيم
قراءة كتاب : عمدة الأحكام من كلام خير الأنام للحافظ عبدالغني ...
Terjemah Umdatul Ahkam (39)
Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan terjemahUmdatul Ahkam karya Imam Abdul Ghani Al Maqdisi (541 H – 600 H) rahimahullah. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan kitab ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
KITAB MAKANAN
Bab Kurban
397 – عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضي الله عنه – قَالَ: ((ضَحَّى النَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقَرْنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ , وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا)) .
397. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu ia berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah berkurban dengan dua kambing besar yang berwarna putih yang ada hitamnya dan bertanduk. Beliau menyembelih dengan tangannya sendiri, menyebut nama Allah (Bismillah) dan bertakbir, serta meletakkan kakinya di bagian pinggir badan hewan itu.”
KITAB MINUMAN
398 – عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما ((أَنَّ عُمَرَ قَالَ – عَلَى مِنْبَرِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَمَّا بَعْدُ , أَيُّهَا النَّاسُ , إنَّهُ نَزَلَ تَحْرِيمُ الْخَمْرِ وَهِيَ مِنْ خَمْسَةٍ: مِنْ الْعِنَبِ , وَالتَّمْرِ , وَالْعَسَلِ , وَالْحِنْطَةِ , وَالشَّعِيرِ. وَالْخَمْرُ: مَا خَامَرَ الْعَقْلَ ثَلاثٌ وَدِدْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ عَهِدَ إلَيْنَا فِيهَا عَهْداً نَنْتَهِي إلَيْهِ: الْجَدُّ , وَالْكَلالَةُ , وَأَبْوَابٌ مِنْ الرِّبَا)) .
398. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, bahwa Umar pernah berkata di atas mimbar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Amma ba’du. Wahai manusia, sesungguhnya telah ada pengharaman arak dari lima bahan; dari anggur, kurma, madu, gandum, dan gandum sya’ir. Arak adalah apa saja yang menutupi (menghilangkan) akal. Ada tiga hal yang aku ingin kiranya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpesan kepada kami tentangnya sehingga kita dapat selesaikan masalahnya, yaitu masalah kewarisan kakek (bersama saudara), kalalah (seorang yang mati tanpa meninggalkan ayah dan anak), dan beberapa masalah terkait riba.”
399 – عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها: ((أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – سُئِلَ عَنْ الْبِتْعِ؟ فَقَالَ: كُلُّ شَرَابٍ أَسْكَرَ فَهُوَ حَرَامٌ)) .
399. Dari Aisyah radhiyallahu anha, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang Bit’ (minuman keras yang terbuat dari madu), Beliau menjawab, “Setiap minuman yang memabukkan adalah haram.”
400 – عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: ((بَلَغَ عُمَرَ: أَنَّ فُلاناً بَاعَ خَمْراً فَقَالَ: قَاتَلَ اللَّهُ فُلاناً , أَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: ((قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ , حُرِّمَتْ عَلَيْهِمْ الشُّحُومُ , فَجَمَلُوهَا فَبَاعُوهَا؟))
400. Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma ia berkata, “Pernah sampai kepada Umar bahwa si fulan menjual arak, maka ia berkata, “Semoga Allah melaknat si fulan. Tidakkah dia tahu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi. Saat diharamkan lemak (kambing dan sapi) bagi mereka, maka mereka mencairkannya dan menjualnya.”
Kitab Pakaian
401 – عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم -: ((لا تَلْبَسُوا الْحَرِيرَ، فَإِنَّهُ مَنْ لَبِسَهُ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَلْبَسْهُ فِي الآخِرَةِ)) .
401. Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian memakai kain sutera. Barang siapa yang memakainya di dunia, maka dia tidak akan memakainya di akhirat.”
402 – عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رضي الله عنهما قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ: ((لا تَلْبَسُوا الْحَرِيرَ وَلا الدِّيبَاجَ , وَلا تَشْرَبُوا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلا تَأْكُلُوا فِي صِحَافِهِمَا، فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَكُمْ فِي الآخِرَةِ))
402. Dari Hudzaifah bin Al Yaman radhiyallahu anhuma ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah memakai kain sutera maupun dibaj (sutera yang tebal). Janganlah kamu minum dengan wadah emas dan perak dan jangan makan dengan piring keduanya, karena keduanya untuk mereka di dunia dan untuk kalian di akhirat.”
403 – عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ – رضي الله عنه – قَالَ: ((مَا رَأَيْتُ مِنْ ذِي لِمَّةٍ فِي حُلَّةٍ حَمْرَاءَ أَحْسَنَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم -، لَهُ شَعَرٌ يَضْرِبُ مَنْكِبَيْهِ , بَعِيدُ مَا بَيْنَ الْمَنْكِبَيْنِ، لَيْسَ بِالْقَصِيرِ وَلا بِالطَّوِيلِ)) .
403. Dari Barra bin Azib radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang memiliki rambut melebihi batas bawah telinga dengan mengenakan pakaian berwarna merah yang lebih tampan daripada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Beliau memiliki rambut yang sampai ke bahunya, lebar bahunya, dan fisiknya tidak pendek dan tidak tinggi.”
404 – عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ – رضي الله عنه – قَالَ: ((أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِسَبْعٍ، وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ: أَمَرْنَا بِعِيَادَةِ الْمَرِيضِ , وَاتِّبَاعِ الْجِنَازَةِ , وَتَشْمِيتِ الْعَاطِسِ , وَإِبْرَارِ الْقَسَمِ (أَوْ الْمُقْسِمِ) , وَنَصْرِ الْمَظْلُومِ , وَإِجَابَةِ الدَّاعِي , وَإِفْشَاءِ السَّلامِ. وَنَهَانَا عَنْ خَوَاتِيمَ – أَوْ عَنْ تَخَتُّمٍ – بِالذَّهَبِ , وَعَنْ الشُّرْبِ بِالْفِضَّةِ، وَعَنْ الْمَيَاثِرِ، وَعَنْ الْقَسِّيِّ , وَعَنْ لُبْسِ الْحَرِيرِ , وَالإِسْتَبْرَقِ , وَالدِّيبَاجِ))
404. Dari Barra bin Azib radhiyallahu anhi ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kami tujuh perkara dan melarang kami tujuh perkara: Beliau memerintahkan kami menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, mendoakan orang yag bersin, membenarkan sumpah (atau orang yang bersumpah), menolong orang yang terzalimi, memenuhi undangan, dan menyebarkan salam. Beliau melarang kami mengenakan cincin emas, meminum dengan tempat minum dari perak, mengenakan pelana dari sutera, pakaian yang bercampur sutera, pakaian sutera yang tebal, maupun sutera yang tipis.”
405 – عَنْ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما ((أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اصْطَنَعَ خَاتَماً مِنْ ذَهَبٍ، فَكَانَ يَجْعَلُ فَصَّهُ فِي بَاطِنِ كَفِّهِ إذَا لَبِسَهُ، فَصَنَعَ النَّاسُ كَذَلِكَ، ثُمَّ إنَّهُ جَلَسَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَنَزَعَهُ فَقَالَ: إنِّي كُنْتُ أَلْبَسُ هَذَا الْخَاتَمَ , وَأَجْعَلُ فَصَّهُ مِنْ دَاخِلٍ , فَرَمَى بِهِ ثُمَّ قَالَ: وَاَللَّهِ لا أَلْبَسُهُ أَبَداً فَنَبَذَ النَّاسُ خَوَاتِيمَهُمْ)) .
وَفِي لَفْظٍ ((جَعَلَهُ فِي يَدِهِ الْيُمْنَى)) .
405. Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membuat cincin dari emas dan menjadikan mata cincinnya di bagian bawah telapak tangannya ketika dipakai, lalu orang-orang pun ikut melakukannya, lalu Beliau duduk di atas mimbar dan melepasnya sambil bersabda, “Sesungguhnya sebelumnya aku memakai cincin ini dan aku jadikan mata cincinnya di bawah,” lalu Beliau membuangnya dan bersabda, “Demi Allah, aku tidak akan memakainya lagi selama-lamanya,” maka orang-orang pun ikut membuang cincin mereka.”
Dalam sebuah lafaz disebutkan, “Beliau jadikan cincinnya itu di tangan kanannya.”
406 – عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ((نَهَى عَنْ لُبُوسِ الْحَرِيرِ إلاَّ هَكَذَا , وَرَفَعَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أُصْبُعَيْهِ: السَّبَّابَةَ , وَالْوُسْطَى)) .
وَلِمُسْلِمٍ ((نَهَى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – عَنْ لُبْسِ الْحَرِيرِ إلاَّ مَوْضِعَ أُصْبُعَيْنِ , أَوْ ثَلاثٍ , أَوْ أَرْبَعٍ)) .
406. Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang memakai sutera kecuali seukuran ini. Ketika itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengangkat kedua jarinya; telunjuk dan jari tengah.”
Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang memakai sutera kecuali seukuran dua, tiga, atau empat jari.”
KITAB JIHAD
407 – عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى – رضي الله عنه -: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِي بَعْضِ أَيَّامِهِ الَّتِي لَقِيَ فِيهَا الْعَدُوَّ – انْتَظَرَ , حَتَّى إذَا مَالَتِ الشَّمْسُ قَامَ فِيهِمْ , فَقَالَ: ((أَيُّهَا النَّاسُ , لا تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ , وَاسْأَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا , وَاعْلَمُوا أَنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلالِ السُّيُوفِ ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم -: اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ , وَمُجْرِيَ السَّحَابِ , وَهَازِمَ الأَحْزَابِ: اهْزِمْهُمْ , وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ)) .
407. Dari Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada salah satu peperangan menghadapi musuh menunggu (suasana sejuk) sehingga ketika matahari telah tergelincir Beliau bersabda, “Wahai manusia! Janganlah kalian berkeinginan untuk bertemu musuh dan mintalah kepada Allah keselamatan. Jika kalian bertemu mereka, maka bersabarlah, dan ketahuilah bahwa surga di bawah naungan pedang,” kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allah yang telah menurunkan kitab, menjalankan awan, mengalahkan pasukan bersekutu. Kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami terhadap mereka.”
408 – عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: ((رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا , وَمَوْضِعُ سَوْطِ أَحَدِكُمْ فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا , َالرَّوْحَةُ يَرُوحُهَا الْعَبْدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْغَدْوَةُ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا)) .
408. Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idiy radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Menjaga perbatasan sehari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Tempat cemeti milik salah seorang di antara kamu di surga lebih baik daripada dunia dan seisinya. Perjalanan di sore hari yang dilakukan seorang hamba di jalan Allah dan perjalanan di pagi hari lebih baik daripada dunia dan seisinya.”
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Penerjemah:
Marwan bin Musa