Diajar.net adalah media online yang memberikan informasi yang terupdate tentang dunia pendidikan dan seni musik

Ramalan Mengerikan Yang Sudah Terjadi | Dostoevsky: Crime and Punishment

Filsuf Yang Sadar Kegelapan Dunia | Arthur Schopenhauer
Filsuf Yang Sadar Kegelapan Dunia | Arthur Schopenhauer

Ramalan Mengerikan Yang Sudah Terjadi | Dostoevsky: Crime and Punishment

Diajar.netRamalan Mengerikan Yang Sudah Terjadi | Dostoevsky: Crime and Punishment Faust, tidak puas dengan kehidupannya, tidak bahagia, memanggil iblis bernama Mephistopheles untuk membuatnya menikmati semua kesenangan di dunia. Dan Mephistopheles membuat perjanjian dengan Faust, dia mengabulkan permintaannya, dengan syarat dia akan mengambil jiwa Faust nantinya. Selama masa perjanjian, Faust memanfaatkan Mephistopheles untuk membantunya merayu perempuan cantik dan polos, Gretchen, bukan berdasar pada cinta, tapi pada kepuasan pribadi. Ramuan tidur diberikan Faust kepada ibu Gretchen, dan mereka

Ramalan Mengerikan Yang Sudah Terjadi | Dostoevsky: Crime and Punishment
Ramalan Mengerikan Yang Sudah Terjadi | Dostoevsky: Crime and Punishment

akhirnya bisa melakukan hubungan. Namun, Gretchen hamil, yang membuatnya malu dan nantinya kehilangan bayinya. Ramuan tidur yang diberikan kepada ibunya sebelumnya ternyata membuat ibunya meninggal. Dan saudara laki-laki Gretchen mengetahui ini dan mencoba melindunginya. Namun, Faust, sekali lagi, dengan bantuan

Mephistopheles, berduel dengannya dan membunuhnya. Siapa yang tahu bahwa perjanjian dengan Mephistopheles yang mengambil jiwanya, dikarenakan dia menginginkan pengetahuan dan kesenangan, adalah terjadi secara nyata dan tidak hanya metaforis. Faust, dihantui rasa bersalah, mengalami siksaan mengerikan di dalam jiwanya. Keinginannya untuk mencapai kesenangan dunia membuat jiwanya tersiksa di dalam neraka. Neraka di dalam

batinnya sendiri. Semakin berkembangnya relativisme moral, nihilisme berubah menjadi keyakinan dari manusia yang terombang-ambing. Ketika kapal nilai manusia mulai kehilangan kekuatannya, manusia tenggelam ke dalam akal dan insting mereka. Semakin kesini, banyak orang memandang bahwa nilai-nilai tradisional tidaklah penting,

tidak ada nilai-nilai yang absolut, yang membuat mereka merasa kosong, merasa jenuh, merasa tidak bahagia. Mereka melihat bahwa kehidupan mereka sangat tidak berarti. Dan dengan ini, mengambil kesimpulan bahwa satu-satunya untuk mendapatkan kebahagiaan adalah dengan pemuasan diri sendiri dan menghilangkan penderitaan sebisa mungkin. Mereka berpikir bahwa kalau tidak ada arti yang lebih besar dari diri sendiri, dan hanya tersisa diri

Ramalan Mengerikan Yang Sudah Terjadi | Dostoevsky: Crime and Punishment

sendiri, berarti melakukan apapun untuk merasa baik terhadap diri sendiri adalah hal yang baik dan harus untuk dilakukan. Mereka mengatakan bahwa “tidak ada yang penting, jadi lakukan saja apa yang membuatmu bahagia.” atau, “tidak ada yang peduli, jadi lakukan saja apa yang membuatmu senang.” Atau seperti, “lagipula kita akan mati nantinya, jadi lakukan saja sekarang apapun itu.” Dan yang lainnya. Ketika tidak ada absolutisme moral yang

menjadi raja manusia, ketika tidak ada nilai yang memberikan arah kepada manusia, mereka kembali ke keadaan seperti bayi. Menjilat sesuatu dan merasa senang berarti baik untuk dilakukan. Menjilat sesuatu dan merasa tidak senang berarti tidak baik untuk dilakukan. melakukan apa yang dirasakan memberikan kesenangan dan

menghindari apa yang dirasakan memberikan kesakitan, terhadap diri sendiri. Beberapa dari mereka memang tetap melakukan hal yang baik, mereka memberikan sumbangan agar dianggap dermawan, mereka tidak berbohong agar yang lain tidak berbohong kepada mereka, mereka memiliki tata krama baik karena takut dimarahi masyarakat, mereka melakukan hal yang baik, tapi semuanya dilakukan untuk diri mereka sendiri. Dan ketika sesuatu tidak lagi menguntungkan bagi diri mereka sendiri, mereka berubah kembali menjadi binatang buas, yang menyakiti,

menyobek-nyobek, dan bahkan membunuh yang lain demi keuntungan diri sendiri. Ego manusia menjadi pusat dunia dan tujuan manusia menjadi memaksimalkan kebahagiaan dengan pendekatan rasional, memberikan hasil terbaik pada diri sendiri. Manusia terus menerus mencari uang, materi, kekuasaan, ketenaran untuk mendapatkan kebahagiaan sejati, terhadap diri sendiri. Mereka merasa kenyang dan tidak memiliki kerinduan spiritual

sedikitpun. Tertidur lelap dalam kenyamanan dan kebahagiaan sejati mereka secara sukarela memberikan jiwa mereka terhadap Mephistopheles. Kemajuan teknologi membimbing manusia untuk mencapai utopia dan mendapatkan kebahagiaan. Dengan setiap inovasi, membuat manusia semakin dekat dengan visi utopis tentang dunia di mana memberikan kesenangan terbaik dan menghapuskan kesulitan dan penderitaan, terhadap diri. solidaritas, keadilan dan kemanusiaan hanyalah alat untuk mencapai keuntungan diri sendiri, tidak apa melakukan

kejahatan asal mendapatkan hasil terbaik, terhadap diri sendiri secara sukarela memberikan jiwa mereka terhadap Mephistopheles. Banyak manusia di bahwa jubah “kemajuan” di gema perkataan demi keadilan dan kebenaran, berusaha menciptakan utopia dengan menjual jiwanya sendiri dan menciptakan kejahatan, kekacauan dan kehancuran yang tidak lebih seperti neraka. jiwa mereka hampa secara emosional dan spiritual, tapi setidaknya mereka bisa memakan pizza dengan scrolling TikTok setiap hari dan merasa bahagia. Mereka merasa runtuh secara spiritual, tidak ada nilai-nilai yang memandu, tapi setidaknya mereka bisa tenggelam di kasur mereka dari pagi ke

pagi dan merasa bahagia. Dostoevsky, salah satu novelis terbaik dunia, menulis pada saat atheisme, nihilisme, utilitarianisme semakin meningkat. Dia melihat bahwa manusia sudah menjadikan diri mereka sendiri sebagai pusat dunia. Dia melihat semua orang mencoba untuk menciptakan utopia, berlomba-lomba mengatakan bahwa nilai egois mereka lebih bagus dari yang lain. Tapi seperti yang kita lihat sekarang, banyak pertumpahan darah yang terjadi dari para “penyelamat dunia” ini di abad ke-20 yang akhirnya hampir menghancurkan dunia. Dia yang lahir

Baca Juga  Bab 4 Membuat Karya Seni Makrame Sederhana

200 tahun yang lalu sudah memberikan gambaran mengerikan dari neraka ini. Dan sudah mencoba memberikan peringatan kepada kita semua melalui tulisan-tulisannya, mulai dari Notes from Underground, Crime and Punishment dan juga yang lainnya. Egoisme rasional muncul sebagai filsofi sosial dominan dari gerakan nihilisme Rusia di masanya, yang mengatakan bahwa kita hanya rasional jika kita memaksimalkan kepentingan diri kita sendiri mirip dengan utilitarinesme yang berdasar pada kesejahteraan individu. Menggunakan kalkulus hedonik

untuk menentukan dan memilih jumlah kesenangan terbanyak dan rasa sakit paling sedikit. Protagonisnya, produk dari egoisme rasional ini mengatakan Manusia tidak lagi peduli dengan nilai-nilai yang baik, dan hanya memikirkan dirinya sendiri melebihi dari apapun. Di masa ketika semua manusia menginginkan yang terbaik untuk dirinya sendiri, dimasa tidak ada objektivitas nilai dan semua orang mencoba mengatakan bahwa nilainya yang lebih baik dan menghancurkan yang mengatakan yang lain, dan semua ini menciptakan satu jenis manusia, yang dikatakan Dostoevsky sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. dalam novelnya Notes from Underground. Manusia bawah tanah ini berada di bawah pengaruh individualisme egois, menganggap dirinya sebagai “orang terpelajar,

intelektual modern” yang telah kehilangan semua kemampuan untuk merasakan moral tanpa pamrih. Masyarakat yang terlalu mementingkan egoisme dan rasionalisme akan melahirkan manusia seperti ini. Underground man dalam cerita ini adalah pensiunan pegawai negeri berumur 40 tahun yang dingin, kasar, pendendam, membenci semua orang, termasuk dirinya sendiri. Namun, meskipun begitu, dia sendiri tidak berani untuk melakukan kejahatan, pikirannya memang ruask, tapi itu hanya membuatnya menjauh dari manusia semakin dalam ke bawah tanah, seperti tikus. Dia mengatakan bahwa ada dua jenis orang, yaitu yang melakukan dan yang memikirkan. Dia

sebagai yang hanya memikirkan sangat iri kepada yang melakukan, karena bagi mereka ketidaktahuan adalah kebahagiaan, mereka terlalu sibuk untuk punya waktu untuk merenung, seperti yang dia lakukan. Dia iri kepada mereka tapi tidak ingin menjadi mereka. Karena dia orang-orang yang hanya melakukan dan tidak merenung, adalah orang yang bodoh. Manusia bawah tanah bangga dengan superioritas intelektualnya, tapi itu justru membuatnya terjebak dalam kesadaran yang terlalu tinggi membuatnya tidak bisa memilih, tidak bisa berkarakter, dan tidak bisa beridentitas. Manusia bawah tanah memiliki keinginan balas dendam untuk setiap luka kecil yang dia alami, walaupun tidak pernah benar-benar melakukannya. Dia menyiksa dirinya sendiri dengan imajinasinya

dengan menciptakan petualangan fiksi karna tidak ada yang berarti di dalam hidupnya. Dia merasa tersinggung dengan sengaja. Berbohong kepada dirinya sendiri. Tidak menghormati dan bahkan mencintai orang lain, apalagi dirinya sendiri. Dia secara sadar, menghancurkan dirinya sendiri tanpa tujuan yang jelas. Manusia bawah tanah pada dasarnya mengubur dirinya hidup-hidup dengan kebenciannya yang mengarah pada keadaannya yang putus asa dan tidak puas, namun walaupun kita melihat keadannya begitu mengerikan, dia mengatakan bahwa dia mendapatkan kenikmatan dari semua itu. Manusia bawah tanah menemukan kesenangan yang tidak rasional dalam penderitaan, dia menyukai rasa sakit dari sakit giginya dia mengerang orang-orang lain untuk menderita, dan itu

memberikannya kesenangan. Esensi dari aktivitasnya ini sederhananya adalah hasil karena telah terkontaminasi oleh kebosanan. Dan dengan kesadaran yang tinggi, dia tidak bisa berhenti berpikir. Kehidupan manusia yang hanya diatur oleh rasionalisme, ilmu pengetahuan, dan teknologi tidak akan membuat manusia melakukan hal yang secara logis, baik, untuk dirinya sendiri atau orang lain dia akan secara sadar menghancurkan dirinya sendiri hanya untuk merasa bahwa dialah yang melakukan hal itu. Untuk mendapatkan semacam kegembiraan. Underground man atau manusia bawah tanah memandang manusia sebagai mahkluk dua kaki yang tidak tahu terima kasih. Mereka

mengorbankan kebahagiaan, kekayaan, kesehatan, atau keamanan, demi individualitasnya sendiri, bahkan jika itu merugikannya sendiri. Manusia akan mengorbankan semua keuntungannya hanya untuk menjadi diri sendiri dan hanya iblis yang tahu apa yang akan dia pilih. Dia akan memilih apa yang bodoh, apa yang sangat bodoh, hanya untuk merasa bahwa dirinya sendirilah yang memilih itu. Manusia akan terus menerus memilih untuk bertindak sesuai dengan keinginannya bukan sesuai dengan keharusannya. Bahkan ketika dia dilimpahi lautan kenikmatan, dia akan mencari cara untuk menunjukkan ketidakbersyukurannya dan melakukan tindakan merugikan hanya untuk membuktikan bahwa dia hidup. Semua ini terjadi terhadap Tyler Durden pada film The Fight Club. Diakhir filmnya kita dapat melihat bahwa keinginan mereka untuk hidup membuat mereka jatuh terhadap kekacauan dan

Baca Juga  Sejarah Hari Lahir Pancasila

kehancuran. Ekstrimisme yang mereka capai, mereka yakini adalah arti dari kehidupan sebenarnya. Pandangan bahwa rasionalitas akan mengarah pada kemajuan dan kebahagiaan manusia tidaklah benar karena manusia bukanlah hidup seperti formula matematika, resep masakan, tutorial yang harus diikuti, Mereka tidak melakukan sesuatu karena itu memang bagaimana seharusnya dikerjakan, tapi mereka melakukannya hanya karena ingin untuk melakukannya. Manusia yang menghitung segala kesenangan dan penderitaannya, membuat kehidupannya seperti perhitungan akan meninggalkan dirinya dalam kebosanan yang mengerikan dan itu akan membuatnya merancang kehancuran, kekacauan dan penderitaan dari segala macam demi meninggalkan kebosanan itu. Manusia akan secara sadar memilih gila daripada hidup seperti robot yang penuh dengan kalkulasi. Orang rasional egois haruslah

menerima bahwa manusia secara radikal tidak dapat diprediksi dan program mereka memang di desain untuk gagal dari awal. Manusia adalah api yang terus menerus menyala, bukan robot yang melakukan pilihan yang terus benar setiap saat. Kalau saja ada rumus sempurna untuk kebahagiaan, manusia akan melakukan sebaliknya dikarenakan dalamnya keinginan untuk mengekspresikan diri, menciptakan, membangun, menjadi kreatif yang membuatnya secara bersamaan berarti juga menyukai kekacauan dan kehancuran. Manusia tidak akan pernah meninggalkan penderitaan, kehancuran, dan kekacauan. Dan ini tergambarkan dengan akurat dengan catatan sejarah kita. Semua

ini adalah gambaran sejarah manusia. Kita menginginkan kebahagiaan, tetapi kita memiliki bakat khusus untuk membuat diri kita sendiri menderita. Manusia seperti pemain catur yang mencintai proses permainan, tetapi tidak suka akhirnya. Mencoba menghapus penderitaan dan menggantinya dengan kebahagiaan abadi hanya membuat kita semakin terperosok ke dalam penderitaan yang tak berujung.

 

Manusia membutuhkan penderitaan sama seperti bagaimana manusia membutuhkan kebahagiaan. Dalam masyarakat yang didorong oleh materialisme, hedonisme, dan pengejaran kesenangan individual, akan selalu ada individu yang merasa teralienasi dan terasing. Underground Man (Manusia Bawah Tanah) adalah hasil dari masyarakat yang kehilangan nilai-nilai moral dan spiritual.

Kehidupan Manusia Bawah Tanah dipenuhi dengan rasa hampa dan kurangnya makna. Dia menciptakan petualangan fiksi dalam pikirannya untuk mengisi kekosongan ini, tetapi pada akhirnya tetap merasa tidak puas. Kehampaan eksistensial ini membuatnya terus-menerus merenung dan menyiksa dirinya sendiri dengan imajinasinya.

Kondisi manusia yang penuh dengan hangatnya emosi dan gairah tidak akan bisa diatur oleh dinginnya pemikiran dan kalkulasi. Ini dikembangkan lagi oleh Dostoevsky dalam ceritanya Crime and Punishment, yang sama seperti Underground Man, dia terperangkap dalam pemikiran filosofis dan moral yang kompleks. Kita ke langkah selanjutnya, bagaimana kondisi kehilangan jiwa membawa seseorang, dimana Underground Man hanya diam karena tidak bisa melakukan apa-apa dengan rasionalitasnya, Raskolnikov protagonist dari Crime and

Punishment ini melakukan tindakan yang juga berdasar pada egoisme dan rasionalitasnya. Manusia yang kehilangan hubungan dengan jiwanya sendiri, esensi keberadaannya sendiri, menjadi tidak lebih hanya seperti daging berjalan, mayat berjalan, zombie, yang bersorak-sorak mengenai kebahagiaan dan keagungan untuk diri sendiri ini digambarkan dengan indah dalam karakter Dostoevsky lainnya, Raskolnikov, dalam novelnya Crime and Punishmen. Manusia di zaman Dostoevsky mengagung-agungkan perkataan bahwa Tuhan telah mati, yang

menyatakan bahwa esensi dan pengaruh dari nilai-nilai tradisional yang biasanya dibawakan agama sudah tidak ada dan ini meninggalkan kekosongan besar dalam hati manusia. Raskolnikov juga memiliki kepercayaan yang sama, dan dia percaya bahwa manusia harus digantikan dengan Man God atau Manusia Tuhan, atau mirip-mirip dengan konsep Ubermensch dalam tulisan Nietzsche. Raskolnikov percaya bahwa ada orang-orang luar biasa yang dapat

melampaui standar moral tradisional, dan ada orang-orang biasa yang hanya mengikuti norma dan konvensi masyarakat seperti biasa, yang dia katakan, mirip seperti domba. Dia memberikan contoh terhadap orang-orang hebat ini seperti Napoleon yang melampaui standar moral tradisional, melakukan beberapa kejahatan, untuk mendapatkan kebaikan yang lebih besar, dan itu menurutnya secara moral adalah hal yang baik untuk dilakukan.

Raskolnikov yang percaya ini mendengar bahwa ada seorang wanita tua jahat dan serakah yang bekerja sebagai tukang gadai dan memanfaatkan semua orang untuk kepentingannya sendiri. Raskolnikov yang mendengar ini memutuskan untuk membunuhnya dengan kepercayaan utilitariannya bahwa kegiatan yang buruk bisa saja

merupakan kebaikan kalau itu memberikan hasil yang bagus yaitu wanita itu tidak akan menjadi beban masyarakat, dan dia bisa menggunakan uang yang dimiliki wanita itu untuk belajar menjadi pengacara dan melakukan hal baik kepada masyarakat. Raskolnikov, seperti yang dia rencanakan, berhasil membunuh wanita itu, dan dia berhasil bebas dari hukuman hukuman legal dan sosial, dia berhasil melakukannya dengan sempurna, dia berpikir Namun, yang tidak dia tahu, ketika membunuh wanita itu, dia secara tidak sadar membunuh dirinya sendiri, memberikan jiwanya kepada Mephistopheles. Raskolnikov terjatuh ke dalam neraka, dia terus menerus merasa terbebani oleh

Baca Juga  Bab 3 Mengenal dan Mengeksplorasi Ikatan serta Simpul

rasa bersalahnya dia tidak bisa menikmati atau bahkan merasakan kedamaian sedikitpun. Dia terus menerus takut tertangkap, setiap interaksi sosial yang dia lakukan menjadi penyiksaan, membuatnya mengisolasi dirinya sendiri. Hubungannya dengan dunia menjadi hancur, dia demam, mengalami mimpi buruk terus menerus, dan dia terus menerus mempertanyakan apakah yang dia lakukan memang benar, apakah memang ada tujuan hidup, apakah Tuhan itu ada. Dia membenci dirinya sendiri dan menyiksa dirinya sendiri. Tanpa jiwanya, tidak ada rumah sakit

jiwa yang bisa membuka pintu untuknya selain dari neraka yang dia masuki sendiri. Pada salah satu mimpi Raskolnikov, dia melihat virus yang mengatakan bahwa mereka adalah kebenaran, tidak ada objektivitas, semuanya jadi subjektif, dan ini mengarahkan semua orang untuk memaksakan kebenaran mereka sendiri kepada orang lain, dan yang tidak cocok membuat mereka saling menghancurkan. Pada akhirnya dia memutuskan untuk mengakui kejahatannya dan membuat dirinya dipenjara. Dan ini akhirnya secara perlahan membuatnya keluar dari neraka.

Dostoevsky, dengan keadaan tidak pernah membaca tulisan Nietzsche, memberikan batas terhadap kebebasan absolut yang ditawarkan oleh Nietzsche dan Zarathustra sebagai arti yang dibutuhkan manusia. Dostoevsky menunjukkan apa yang akan terjadi bagi seseorang yang memandang dirinya lebih superior dari yang lainnya yang memandang dirinya bisa melompati apapun untuk keagungannya sendiri. Keyakinan apa pun tentang superioritas bawaan terhadap orang lain adalah keyakinan yang rapuh yang tidak bisa dipertahankan karena itu melibatkan

mencari pengakuan dan penghormatan dari mereka yang telah kita anggap lebih rendah. Kita tidak bisa benar-benar percaya bahwa kita superior dari orang lain dan mencari konfirmasi atas keyakinan itu. Jadi, bagaimanapun caranya, keyakinan itu pasti akhirnya akan runtuh. Merasa superior dari orang lain adalah mekanisme yang sangat menggoda jika kita merasa bahwa situasi dan kehidupan yang kita miliki itu tidak adil, merasa bahwa dunia secara sengaja menghukum kita. Tapi keyakinan ini pada akhirnya memotong diri kita sendiri dari hal paling tidak rasional dari manusia, kemungkinan arti dari kehidupan, makna dari menjadi manusia—cinta. Raskolnikov yang dihantui

rasa bersalah membuat dirinya tidak pantas dan tidak layak untuk dicintai, dan rasa kesombongan dan superioritasnya membuat dirinya berpikir bahwa dia tidak membutuhkan orang lain sama sekali. Dia secara tegas menolak cinta—yang membuatnya hampir mustahil mencintai, bahkan untuk dirinya sendiri. Raskolnikov ketika bertemu dengan Sonia, wanita muda yang terpaksa untuk menjadi pelacur demi mendukung keluarganya, karena cinta dan pengorbanan, dia rela mengorbankan tubuhnya sendiri, dan ini membuat Raskolnikov mulai menghadapi kebenaran tentang dirinya dan tindakannya. Nantinya Raskolnikov mengakui kejahatannya kepada Sonia, dan Sonia

terlihat merasakan sakit di setiap kalimat yang dia ucapkan awalnya kita merasa bahwa dia mungkin menganggap Raskolnikov sebagai monster, tapi tidak, dia merasakan seberapa besar penderitaan dan penyiksaan yang harus dipendam oleh Raskolnikov karena tindakannya, dia tidak menghakimi atau mengutuknya sama sekali. Dan itu adalah salah satu alasan besar yang membuatnya akhirnya melakukan penebusan. Dia merasa sangat tersakiti untuk bisa dicintai sebesar itu, dia tidak bisa memahami cinta yang dipegang orang lain untuknya, dia berjalan masuk ke penjara, mengetahui bahwa Sonia akan tersenyum melihatnya. Ketika Sonia dan Raskolnikov punya kesempatan

bertemu kembali nantinya, mereka duduk bersampingan. Dan ketika Sonia mengulurkan tangannya dan Raskolnikov menerimanya, tiba-tiba dia terjatuh, dia dipenuhi dengan rasa cinta dari Sonia sampai dia tidak bisa menerima semua arti tersebut. Semua keindahan tersebut. Dia menyerahkan hidupnya kepada Sonia sebagaimana Sonia menyerahkan hidupnya kepadanya. Dia kemudian merasakan hukuman penjaranya lebih ringan—hidupnya kembali bermakna. Dia mulai memandang manusia yang dulunya dia anggap hina termasuk para narapidana bersamanya, sebagai manusia, yang layak untuk dihormati dan dicintai. Sonia, sebagai representasi bintang yang

bersinar dalam kegelapan malam, membuatnya mendapatkan kembali makna dan harapan. Dostoevsky mengatakan secara tidak langsung bahwa yang terburuk dari kita pun masih layak untuk mendapatkan arti dari kehidupan, asal dia mau melangkah untuk menebus dirinya sendiri. Dostoevsky menyuruh kita untuk “kembali ke tanah”, menyuruh

kita untuk kembali ke nilai-nilai keluarga, agama, tanggung jawab, persaudaraan, dan cinta. Dimana setiap individu merasa dirinya adalah bagian dari semuanya dan setiap dari mereka dengan senang hati mengorbankan dirinya demi yang lain, melakukan semuanya demi cinta terhadap yang lain bukan untuk pemuasan rasional terhadap kepentingan diri sendiri. Bagi Dostoevsky, cinta adalah aspek terbaik dari manusia yang tidak berdasar pada akal,

tidak berdasar pada pemuasan diri sendiri, tidak berdasar pada hanya sekedar kalkulasi kenikmatan dan rasa sakit, tapi sesuatu yang lebih, sesuatu yang indah,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *