بسم الله الرحمن الرحيم
Kekhususan Para Nabi dan Rasul ‘alaihimush shalaatu was salam
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat. Amma ba’du:
Ada beberapa kekhususan para nabi dan rasul yang tidak dimiliki oleh hamba-hamba Allah yang lain. Di antara kekhususan itu adalah:
a. Mereka diberi wahyu
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.”(QS. Al Kahfi: 110)
b. ‘Ishmah (kema’shuman) dalam hal yang mereka sampaikan, yakni mereka tidak lupa dan salah dalam menyampaikan wahyu.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
سَنُقْرِؤُكَ فَلَا تَنسَى
“Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa,” (QS. Al A’laa: 6)
c. Diberi pilihan ketika akan dicabut nyawanya
عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ : « مَا مِنْ نَبِىٍّ يَمْرَضُ إِلاَّ خُيِّرَ بَيْنَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ » . وَكَانَ فِى شَكْوَاهُ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ أَخَذَتْهُ بُحَّةٌ شَدِيدَةٌ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ ( مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ) فَعَلِمْتُ أَنَّهُ خُيِّرَ .
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang nabi pun yang sakit kecuali ia akan diberi pilihan antara dunia dengan akhirat.”
Aisyah berkata, “Oleh karena itu, pada saat Beliau sakit menjelang wafatnya terdengar suara serak, aku mendengar Beliau berkata, “Bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang salih,” aku pun tahu ternyata Beliau sedang diberi pilihan.” (HR. Bukhari)
d. Dikubur di tempat wafatnya
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَنْ يُقْبَرَ نَبِيٌّ اِلاَّ حَيْثُ يَمُوْتُ
“Tidak ada seorang nabi pun kecuali dikubur di tempat meninggalnya.” (HR. Ahmad dengan sanad shahih)
e. Jasadnya tidak dimakan bumi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالىَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ اَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ
“Sesungguhnya Allah Tabaaraka wa Ta’aala mengharamkan bumi memakan jasad para nabi.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
f. Hidup dalam kuburnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْأَنْبِيَاءُ أَحْيَاءٌ فِي قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ
“Para nabi hidup di kuburnya, mereka melakukan shalat.” (HR. Abu Ya’la, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ 2790)
g. Saat tidur mata mereka terpejam, namun hatinya tetap sadar dan terjaga
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata:
وَالنَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم نَائِمَةٌ عَيْنَاهُ وَلاَ يَنَامُ قَلْبُهُ وَكَذَلِكَ الأَنْبِيَاءُ تَنَامُ أَعْيُنُهُمْ وَلاَ تَنَامُ قُلُوبُهُمْ ،
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam matanya tidur namun hatinya tidak tidur. Demikian juga para nabi, mata mereka tidur, namun hati mereka tidak tidur.” (HR. Bukhari)
Para Nabi akan menjadi saksi terhadap umatnya dan ummat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjadi saksi bahwa para nabi telah menyampaikan risalahnya kepada ummatnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَجِيْءُ النَّبِيُّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَعَهُ الرَّجُلاَنِ وَأَكْثَرُ مِنْ ذَلِكَ, فَيُدْعَى قَوْمُهُ, فَيُقَالُ: هَلْ بَلَّغَكُمْ هَذَا ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: لاَ فَيُقَالُ لَهُ: هَلْ بَلَّغْتَ قَوْمَكَ ؟ فَيَقُوْلُ: نَعَمْ, فَيُقَالُ: مَنْ يَشْهَدُ لَكَ ؟ فَيَقُوْلُ: مُحَمَّدٌ وَأُمَّتُهُ, فَيُدْعَى مُحَمَّدٌ وَأُمَّتُهُ, فَيُقَالُ لَهُمْ: هَلْ بَلَّغَ هَذَا قَوْمَهُ ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: نَعَمْ, فَيُقَالُ: وَمَا عِلْمُكُمْ ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: جَاءَنَا نَبِيُّنَا فَأَخْبَرَنَا أَنَّ الرُّسُلَ قَدْ بَلُّغُوْا فَذَلِكَ قَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ { وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا } قَالَ: عَدْلاً { لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا }
“Pada hari kiamat, seorang nabi akan datang dengan pengikut hanya dua orang, ada juga yang pengikutnya lebih dari itu, lalu dipanggillah kaumnya dan dikatakan, “Apakah nabi ini telah menyampaikan risalahnya kepada kalian?” Mereka menjawab, “Belum”, lalu nabi itu pun ditanya, “Apa kamu sudah menyampaikan risalahmu kepada kaummu?” ia menjawab, “Ya”, lalu dikatakan, “Siapa saksimu?” Nabi itu menjawab, “Muhammad dan umatnya,” maka dipanggillah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ummatnya, lalu mereka ditanya, “Apakah nabi ini telah menyampaikan risalahnya kepada kaumnya?” Mereka menjawab, “Ya”, lalu dikatakan, “Dari mana kamu tahu?” Mereka menjawab, “Telah datang kepada kami Nabi kami dan memberitahukan bahwa para rasul semuanya telah menyampaikan risalahnya.” Itulah maksud firman Allah ‘Azza wa Jalla, “Dan demikianlah Kami jadikan kamu umat yang wasath” yakni adil, “Agar kalian menjadi saksi bagi manusia dan rasul menjadi saksi bagi kalian.” (HR. Ahmad, pentahqiq Musnad Ahmad menyatakan, bahwa Isnadnya shahih sesuai syarat dua syaikh (Bukhari dan Muslim)).
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Qur’anul Karim (Terj. DEPAG), Mausu’ah Haditsiyyah Mushaghgharah, Musnad Ahmad, Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan Ibnu Majah, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, dll.