Amalan Ringan Berpahala Besar (4)

 بسم الله الرحمن الرحيم

Amalan Ringan Berpahala Besar (4) 1

Amalan Ringan Berpahala Besar (4)

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Berikut lanjutan hadits-hadits yang menyebutkan amalan ringan namun berpahala besar yang kami rujuk kepada risalah A’mal Yasirah wa Ujur ‘Azhimah yang diterbitkan oleh AlBetaqa.com. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.

Amalan Ringan Berpahala Besar

41.   Berdzikir ketika terbangun di malam hari

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ، فَقَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، الحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَلاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، أَوْ دَعَا، اسْتُجِيبَ لَهُ، فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلاَتُهُ “َ

Dari Ubadah bin Ash Shamit radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Barang siapa yang terbangun di malam hari, lalu mengucapkan “Laailaahaillallahu wahdahu…sampai walaa quwwata illaa billah.” (artinya: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. kepunyaan-Nya-lah kerajaan dan kepunyaan-Nya-lah segala pujian. Dia Mahakuasa terhadap segala sesuatu. Segala puji bagi Allah, Mahasuci Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Allah Mahabesar dan tidak ada daya serta upaya kecuali dengan pertolongan Allah.”)

Kemudian berkata, “Ya Allah, ampunilah aku,” atau dia berdoa, maka doanya akan dikabulkan. Jika dia berwudhu kemudian shalat, maka shalatnya akan diterima.” (HR. Bukhari)

42.   Memurnikan Tauhid cara masuk surga tanpa hisab

عَنْ عِمْرَانَ، قَالَ: قَالَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ» ، قَالُوا: وَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «هُمُ الَّذِينَ لَا يَكْتَوُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ» َ. وَفِي لَفْظٍ : وَلَا يَتَطَيَّرُونَ

Dari Imran ia berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Akan masuk ke dalam surga 70.000 orang dari umatku tanpa hisab.” Para sahabat bertanya, “Siapa mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak mengobati luka mereka dengan besi panas, tidak meminta ruqyah, dan bertawakkal kepada Rabb mereka.” Dalam sebuah lafaz disebutkan, “dan tidak merasa sial dengan sesuatu.” (Hr. Muslim)

43.   Keutamaan Bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا، وَحَطَّ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيئَاتٍ» َوَفِي رِوَايَةٍ: وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali saja, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali dan menggugurkan darinya sepuluh kesalahan.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “serta mengangkat untuknya sepuluh derajat.” (Hr. Bukhari dalam Al Adab, dan dishahihkan oleh Al Albani)

44.   Memperbagus wudhu dan melakukan shalat dengan khusyu

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَا مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ، وَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، يُقْبِلُ بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ عَلَيْهِمَا، إِلَّا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ»

Dari Uqbah bin Amir Al Juhanniy, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang pun yang berwudhu, lalu ia memperbagus wudhunya, kemudian shalat dua rakaat; dimana hati dan badannya fokus terhadapnya, maka ia berhak masuk surga.” (Hr. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al Albani)

45.   Sabar ketika mendapat cobaan berupa mata yang buta

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” إِنَّ اللَّهَ قَالَ: إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِي بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ، عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الجَنَّةَ “

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Nabi shallallahu alahihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, “Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan mencabut kedua penglihatannya, lalu dia bersabar, maka Aku akan menggantinya dengan surga.” (Hr. Bukhari)

46.   Banyak melakukan shalat sunah

عَنْ مَعْدَانَ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ الْيَعْمَرِيُّ، قَالَ: لَقِيتُ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْخِلُنِي اللهُ بِهِ الْجَنَّةَ؟ أَوْ قَالَ قُلْتُ: بِأَحَبِّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ، فَسَكَتَ. ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَسَكَتَ. ثُمَّ سَأَلْتُهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ: سَأَلْتُ عَنْ ذَلِكَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ، فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً، إِلَّا رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً»

Dari Ma’dan bin Abi Thalhah Al Ya’muriy ia berkata, “Aku pernah bertemu dengan Tsauban maula Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu aku berkata, “Beritahukanlah kepadaku amalan yang dengannya Allah memasukkanku ke dalam surga?” Atau aku mengatakan, “Amalan yang paling dicintai Allah?” Ia pun diam, kemudian aku bertanya lagi, tetapi ia tetap diam, hingga aku bertanya sampai tiga kali, maka ia berkata, “Aku pernah bertanya demikian kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka Beliau bersabda, “Hendaknya engkau banyak bersujud kepada Allah (dengan melakukan banyak shalat sunah), karena engkau tidaklah melakukan sujud sekali saja, melainkan Allah akan angkat dengannya derajatmu dan menghapuskan dengannya dosamu.” (Hr. Muslim)

47.   Datang lebih awal untuk shalat Jumat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الجُمُعَةِ غُسْلَ الجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الخَامِسَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الإِمَامُ حَضَرَتِ المَلاَئِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ»

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang mandi pada hari Jumat seperti mandi junub, lalu ia berangkat lebih awal, maka ia seakan-akan berkurban dengan seekor unta. Siapa saja yang datang pada waktu kedua maka ia seakan-akan berkurban dengan seekor sapi. Siapa saja yang datang pada waktu ketiga maka ia seakan-akan berkurban dengan seekor kambing bertanduk. Siapa saja yang datang pada waktu keempat maka ia seakan-akan berkurban dengan seekor ayam. Siapa saja yang datang pada waktu kelima maka ia seakan-akan berkurban dengan sebutir telur. Apabila imam telah hadir, maka para malaikat hadir menyimak khutbah.” (Hr. Buukhari dan Muslim)

48     Keutamaan mengucapkan Laailaahaillahu wahdahu laa syariika lah…dst.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: ” مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ، وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ، إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ “

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membaca Laailaahaillahu wahdahu laa syariikah lah…dan seterusnya sampai wa huwa alaa kulli syai’in Qadir (artinya: tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan milik-Nya segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.) dalam sehari seratus kali, maka dia mendapatkan pahala seperti membebaskan sepuluh orang budak, ditetapkan baginya seratus kebaikan, dihapuskan darinya seratus keburukan, dan baginya ada perlindungan dari godaan setan pada hari itu sampai sore hari, dan tidak ada orang yang lebih baik amalnya dari orang yang membaca dzikir ini kecuali seorang yang mengamalkan lebih banyak dari itu.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

49.   Keutamaan mengucapkan Subhaanallah ‘adada khalqihi wa ridhaa nafsihi…dst.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ جُوَيْرِيَةَ قَالَتْ: مَرَّ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ صَلَّى الْغَدَاةَ، – أَوْ بَعْدَ مَا صَلَّى الْغَدَاةَ – وَهِيَ تَذْكُرُ اللَّهَ، فَرَجَعَ حِينَ ارْتَفَعَ النَّهَارُ – أَوْ قَالَ: انْتَصَفَ – وَهِيَ كَذَلِكَ، فَقَالَ: ” لَقَدْ قُلْتُ مُنْذُ قُمْتُ عَنْكِ: أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، وَهِيَ أَكْثَرُ وَأَرْجَحُ – أَوْ أَوْزَنُ – مِمَّا قُلْتِ: سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ “

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, dari Juwairiyah ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah melewatinya saat ia sedang shalat Subuh atau seusai shalat Subuh, ketika itu ia sedang berdzikir kepada Allah. Lalu Beliau kembali ketika matahari sudah semakin tinggi –atau ketika matahari sudah di pertengahan- sedangkan ia (Juwairiyah) masih dalam keadaan berdzikir, lalu Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku telah mengucapkan sejak aku berdiri meninggalkanmu empat kalimat sebanyak tiga kali yang lebih banyak atau lebih berat timbangannya daripada kalimat yang engkau ucapkan, yaitu:

سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ

“Mahasuci Allah sebanyak jumlah makhluk-Nya. Mahasuci Allah sejauh keridhaan Diri-Nya. Mahasuci Allah seberat timbangan Arsyi-Nya. Mahasuci Allah sebanyak tinta untuk kalimat-Nya.

(Hr. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)

50.   Keutamaan pemimpin yang adil, rajin ibadah sejak muda,… dst.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah Ta’ala pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, seorang yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang yang cinta karena Allah, berkumpul karena-Nya dan berpisah pun karena-Nya, seorang yang diajak mesum oleh wanita yang berkududukan dan cantik lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya saya takut kepada Allah,” seorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikan sedekahnya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya, dan seorang yang mengingat Allah di tempat yang sepi, lalu kedua matanya berlinangan air mata.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

51.   Melakukan shalat Isyraq (ketika matahari baru terbit dan baru naik)

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ» ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ»

Dari Anas radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang shalat Subuh berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian shalat dua rakaat maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah.” Anas berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Secara sempurna, sempurna, dan sempurna.” (Hr. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Al Albani)

Shalat ini dilakukan setelah matahari naik setinggi satu tombak, yang kurang lebih 15 atau 20 menit setelah terbit matahari (syuruq).

Bersambung…

Wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Marwan bin Musa