بسم الله الرحمن الرحيم
Meluruskan Aqidah dan Manhaj (6)
Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan pembahasan tentang kekeliruan dalam Aqidah dan manhaj, semoga Allah menjadikan risalah ini ditulis ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
15. Keliru dalam memahami kemunduran umat Islam
Misalnya beranggapan bahwa sebab kemunduran umat adalah karena kita tidak mempelajari matang-matang tipu daya dan makar mereka; tidak mencari data dan fakta tentang makar mereka. Padahal tipu daya dan makar orang-orang kafir sama sekali tidak berpengaruh apa-apa jika kita kembali kepada agama kita; yakni dengan mempelajarinya, mengamalkannya, mendakwahkannya, dan bersabar di atasnya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman,
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imraan: 120)
Ada juga yang beranggapan bahwa kemunduran umat Islam disebabkan karena penguasa-penguasa zalim di sebagian negara Islam, padahal keberadaan penguasa zalim merupakan hukuman yang Allah timpakan kepada rakyat yang berbuat zalim, disebabkan dosa-dosa mereka. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman,
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (QS. Al An’aam: 129)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَامَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ! خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ: لَمْ تَظْهَرَ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ. حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلاَّ فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلاَفِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقَصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ، إِلاَّ أثخِذَوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّة الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ، إِلاَّ مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ، وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمَطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللهِ وَعَهْدَ رَسُوِلِهِ، إِلاَّ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْهِمْ عَدُوّاً مِنء غَيْرِهِمْ، فَأَخَذُوا بَعْضَ مَافِي بأَيْدِيِهمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ، وَيَتَخَّيُروا ممَّا أَنْزَلَ اللهُ، إِلاَّ جَعَلَ اللهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
“Wahai kaum muhajirin! Ada lima yang apabila menimpa kalian –saya berharap kepada Allah agar hal itu tidak menimpa kalian-; tidaklah perbuatan keji tampak di tengah-tengah suatu kaum sampai mereka terang-terangan melakukannya kecuali akan tersebar penyakit tha’un (wabah penyakit) dan penyakit-penyakit lainnya yang tidak dialami oleh generasi sebelum mereka. Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan ditimpa kemarau panjang, kesulitan pangan dan kezaliman penguasa. Tidaklah mereka menolak membayar zakat harta mereka kecuali hujan dari langit akan dihalangi turun. Kalau sekiranya bukan (karena Allah sayang) kepada hewan tentu hujan tidak akan turun. Dan tidaklah mereka membatalkan perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya (yang berlaku antara mereka dengan musuh mereka) kecuali Allah akan memberikan kekuasaan kepada musuh untuk menguasai mereka, akhirnya musuh mengambil sebagian yang mereka miliki. Dan tidaklah pemimpin mereka meninggalkan berhukum dengan kitab Allah dan mengambil darinya kecuali Allah akan menampakkan peperangan antara sesama mereka.” (HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al Al Bani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib)
Sebab kemunduran umat Islam sebenarnya adalah karena tidak mau kembali kepada agamanya dan berpaling dari mempelajari kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta tidak mengamalkannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Apabila kalian berjual-beli dengan cara ‘iinah[i], kalian pegang buntut-buntut sapi dan kalian ridha dengan tanaman kalian[ii] serta kalian tinggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian, yang tidak akan dicabut sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawud).
Lihatlah keadaan kaum muslimin terdahulu, saat mereka berpaling dari mempelajari kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya beralih mempelajari filsafat (ilmu kalam) dengan diterjemahkannya buku-buku filsafat Yunani ke dalam bahasa ‘Arab, kaum muslimin menjadi terpecah belah sehingga membuat mereka semakin mundur dan terbelakang. Muncul dari mempelajari ilmu tersebut pemikiran-pemikiran dan keyakinan-keyakinan yang menyimpang. Muncul daripadanya Jahmiyyah, Mu’tazilah, Maaturidiyyah, Asyaa’irah dan lain-lain. Mereka disibukkan dengan hal yang sia-sia, memikirkan hal yang tidak bermanfaat serta memaksakan diri untuk mengetahui hal-hal yang di luar jangkauan dengan akalnya (seperti masalah ghaib) tanpa mencukupkan diri dengan wahyu Al Qur’an dan As Sunnah, dan hari-harinya terlewatkan begitu saja tanpa membawa hasil yang berarti selain kebingungan, keheranan, dan tidak terarah[iii], di samping merusak akidah seorang muslim.
Padahal, kalau sekiranya mereka mau menggunakan akalnya untuk mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah, tentu mereka akan mendapatkan banyak ilmudan pelajaran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya Kami telah memudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (QS. Al Qamar: 17)
Atau menggunakan akalnya secara wajar (yang dapat dijangkau) atau berfikir untuk membuat karya yang bermanfa’at bagi manusia seperti di zaman sekarang ini tentu akan membawa keberuntungan bagi mereka.
Demikian pula lihatlah keadaan umat Islam sekarang ini, banyak yang meninggalkan ajaran agamanya, maka bagaimana kita akan kembali jaya?
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
[i] Salah satu jual-beli riba yaitu menjual barang dengan harga tertentu memakai tempo, lalu dibeli lagi darinya secara tunai dengan harga yang kurang.
[ii] Kalian sibuk dengan dunia lalai terhadap kewajiban agama.
[iii] Tentang bahayanya ilmu filsafat, sampai-sampai ada yang mengatakan “Mempelajari ilmu filsafat adalah kebodohan dan bodoh terhadap ilmu filsafat adalah pengetahuan.” Bagaimana filsafat dikatakan ilmu sedangkan keraguan menurut mereka adalah ilmu.