Kisah Tanah Lot berawal dari kehadiran Dahnyang Nirartha ke Desa Beraban, konon karna ikuti panduan cahaya suci yang memancar dari arah Tenggara. Cahaya menuju ke satu mata air suci yang di dekatnya ada satu batu karang yang berupa burung, warga setempat mengatakannya gili beo.
Ditempat ini Danghnyang Nirartha bersama pengikutnya lakukan meditasi serta pemujaan pada Dewa Penguasa Laut sambil menebarkan agama Hindu pada orang-orang setempat. Tetapi, tingkah itu kurang sudi di hati pemimpin Desa Beraban, yakni Bendesa Beraban Sakti. Danghyang terserang agar pergi meninggalkan Desa Beraban. Tetapi, sang pendeta membuat perlindungan diri denngan langkah mengubahkan batu karang ke tengah laut serta membuat ular laut berbisa dari selendanganya membuat perlindungan tempat itu. Batu karang berikut yang dimaksud Tanah Lot (tanah tengah laut). Melihat kesaktian sang pendeta, pada akhirnya Bendesa Beraban takluk serta jadi pengikut setia Danghyang Nirartha. Sesaat ular ciptaan sang pendeta masih tetap berada di dalam kompleks pura hingga saat ini.
Pura Tanah Lot terdapat di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali, Indonesia. Letak Pura Tanah Lot terdapat sekitaran 13km arah barat kota Tabanan, atau 25km arah barat kota Denpasar. Pura Tanah Lot ini letaknya ada diatas batu karang di laut dekat pantai. Batu karang itu terpisah dengan batu karang yang lain serta bilamana air laut tengah gunakan jadi pura tanah Lot tampak seperti mengapung karna dikelilingi oleh air laut yang berombak. Pura Tanah Lot adalah tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Jika menginginkan menelusuri keindahan Pura ini, baiknya Anda bisa datang pada sore hari. Karna, pada sore hari air laut tengah surut. Sesaat, pagi hari air laut sering kali gunakan hingga wisatawan tidak bisa menjangkau pelataran Pura. Waktu mendekati petang, di sekitaran Pura ada beberapa ribu pengunjung menanti keindahan sunset dan Peristiwa ini banyak dinanti oleh beberapa photografer.