Diajar.net adalah media online yang memberikan informasi yang terupdate tentang dunia pendidikan dan seni musik

6 Langkah Menulis sebagai Katarsis

6 Langkah Menulis sebagai Katarsis

Diajar.net – Sudah sering kita mendengar, menulis dapat menjadi salah
satu bentuk terapi mental. Dengan menulis, beban-beban emosi dapat tertumpah ke
atas media tulis. Maka, banyak penulis dan psikolog yang menyebut menulis
sebagai salah satu kegiatan katarsis. Dalam salah satu artikel pada laman website
milik 
Yayasan Peduli Kasih ABK , penulis buku-buku psikologi dan Founder
Kampoong Hening
, Sofie
Beatrix
, mengungkapkan bahwa katarsis adalah cara yang
kita lakukan untuk bisa merilis atau melepaskan beban emosi yang ada dalam diri
kita.

 

Lantas, bagaimana Menulis untuk Katarsis? Sebagaimana dikutip dari laman Ruang Menulis, Stephen
Parato memberikan lima langkah menulis untuk keperluan katarsis.

1.      Ambil
suasana dan sikap rileks

Ciptakan
suasana yang rileks. Duduk dengan tenang, lepaskan beban. Pilih tempat yang
nyaman. Tarik na
pas dalam-dalam, lepaskan dengan pelan-pelan. Sampai
na
pas Anda teratur. Jika perlu, minum yang hangat atau
sejuk sesuai keperluan Anda, untuk menciptakan kondisi rileks.

Pilih
tempat yang membuat Anda bisa bersikap rileks. Mungkin Anda perlu kamar
tertutup, atau tempat sepi, untuk membuat Anda benar-benar rileks. Tidak
dilihat orang lain. Anda bisa bersikap senatural mungkin.

2.      Konsentrasikan
Diri

Setelah
suasana rileks, mulailah berkonsentrasi kepada diri Anda sendiri. Rasakan emosi
yang sedang bergemuruh dalam diri Anda. Kenali luka hati yang sedang membuat
Anda tersakiti. Lihat semua pikiran yang melintas di otak Anda. Pahami itu
semua.

Hadirkan
konsentrasi untuk membuat Anda bisa mengumpulkan semua emosi negatif yang
hendak Anda lepaskan.

3.      Mulailah
Menulis

Baca Juga  Corat-coret Tanpa Makna Part II

“Start
writing by invoking your higher self”, ujar Stephen Parato.
Sederhananya, ikatkan diri dengan Tuhan, lalu
tuliskan.
Berdoa sebelum mulai menulis akan sangat membantu. Hal ini
untuk menjadi sandaran nilai bagi Anda
bahwa yang
Anda lakukan memiliki tujuan yang baik. Anda tidak ingin menyakiti siapapun
dengan katarsis ini.

4.      Mengalir
Saja

Bagi yang muslim, setelah menulis basmalah,
tuliskan semua hal yang ingin Anda tulis. Seberapa panjang, atau seberapa
pendek, tidak ada aturan baku. Anda bebas berekspresi menuliskan apa
pun dengan cara apa pun
sepanjang apa
pun sampai emosi
Anda telah tersalurkan.

“Don’t filter yourself. Let it come through however it may, without
judgment. Let the words flow through you”
, ujar Parato. Anda tidak perlu
membatasi, Anda tidak perlu me
nyaring. Biarkan
semua kata mengalir melalui Anda.

5.      Tindak
Lanjut

Ambil poin
dari tulisan Anda yang bisa ditindaklanjuti. Apa hal-hal penting —setelah
pelepasan melalui tulisan itu, yang bisa dilakukan dalam bentuk tindakan nyata.

Parato
mengutipkan ucapan Johann Wolfgang von Goethe, “Knowing is not enough, we
must apply. Willing is not enough, we must do
”.  Mengetahui tidaklah
cukup, kita harus melakukannya. Kebijaksanaan tidak cukup, kita harus berbuat.

6.      Simpan atau
Endapkan

Setelah
Anda menulis untuk katarsis, jangan sekali-kali langsung Anda publikasikan atau
posting di media apapun. Menulis untuk katarsis tidaklah untuk disebarluaskan.
Ini dua hal yang berbeda –menulis, dan publikasi tulisan.

Apabila
ingin mem
mublikasikan tulisan –apapun jenisnya, harus
melewati proses editing
atau bisa juga menggunakan “tiga
filter” (kebenaran, kebaikan, kebermanfaatan). [Mengenai ini akan dibahas di lain
kesempatan.]

Baca Juga  kunci bagi hidupmu

Maka,
semua tulisan yang digunakan sebagai katarsis, harus disimpan atau diendapkan
terlebih dahulu. Jangan dipublikasikan, jangan diposting. Anda harus menyimpan
di tempat penyimpanan yang aman. Ini upaya untuk mengendapkan emosi supaya
cooling down
terlebih dahulu. Suasana jiwa akan tenang
setelah melakukan pelepasan dengan menulis.

Suatu
ketika Anda ingin menjadikannya sebagai postingan atau bahkan menjadi buku,
buka kembali semua catatan katarsis, lalu lakukan editing dan harus lolos tiga
filter sebelum diterbitkan.

“This is a powerful process. I recommend
everyone try this, even if you view yourself as someone who can’t write well
”, ujar Parato. Menulis
untuk katarsis adalah proses yang sangat powerful. Ia merekomendasikan kepada
semua orang untuk melakukan, meskipun tidak pandai menulis.

Selamat
menulis, selamat melakukan katarsis.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *